Dan, sepeda lipat itu pun meluncur. Sepeda bermerek Dahon itu miring ke kiri dan ke kanan, bergantian. Di suatu pagi yang cerah, menyapu cahaya mentari pengendaranya. Slamet Pribadi, melipat sepeda tersebut dan menentengnya ke lantai empat Gedung Summarecon Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Jl. Perjuangan Bekasi Utara.
Sejak pertengahan April, Slamet ditugaskan sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Pekerjaan pun menumpuk, dari mengurus administrasi, rapat, fasilitas, dan seterusnya. Tugas berat terus menantang! Tapi ia tak pernah luput berolah raga. Karena menurutnya, olah raga itu penting. Tubuh sehat adalah kunci. Sehingga bisa bekerja dengan baik.
Aslinya, Slamet adalah seorang birokrat, seorang aparatur, dan Polisi, memasuki masa purna bulan januari 2019. Yang dulu juga adalah penyidik dan penyelidik. Kalau soal pidana, mulai dari KUHP, KUHAP, TPPU, dan Hukum Narkotika, sudah cukup hafal dan khatam.
Namun saat ditunjuk sebagai Dekan banyak hal yang saya dapat. Di dunia pendidikan sangat berbeda dengan dunia kepolisian. Dunia kepolisian adalah soal pengayoman. Sementara pendidikan utamanya soal sumber daya manusia. Manusia yang ingin meningkatkan taraf standar akademiknya di level S1 dan S2. Sebagai dosen Hukum Pidana, kedokteran forensik, praktek peradilan di Universitas Borobudur selama 9 tahun, ia punya pengalaman tersendiri di dunia pendidikan. Saat memasuki Fakultas Hukum Ubhara, ia pun mulai menancapkan gas. Ia merujuk arahan Rektor.
‘Bekal yang saya pegang adalah arahan Rektor soal link and match dengan dunia kerja dan industri.’ Kata Slamet. Yang pada akhirnya link and match ini menjadi kebijakan Fakultas Hukum, yang dipimpinnya. Pada akhirnya, kebutuhan industri jugalah yang perlu dijawab oleh Fakultas ini.
Takutnya, mahasiswa lulus, mengawang-awang. Mereka tidak punya kemampuan dan gambaran apa-apa tentang dunia kerja.
‘Saat saya lulus kuliah S1 di tahun 1985 di Universitas Jember, belum ada konsep link and match sama sekali tidak ada, maka ketika saya lulus, saya bingung. Saya harus berbuat banyak hal untuk memenuhi syarat menjadi Jaksa. Atau menjadi hakim. Syaratnya pun tambah susah. Puji Tuhan, saya menjadi polisi.’ Kenang Slamet.
Jadi setelah ia menjabat sebagai Dekan, ia tak mau nasib mahasiswa-mahasiswanya seperti dirinya yang dulu. Maka seharusnya hal ini (link and match) diterjemahkan ke dalam manajemen pendidikan hingga ke silabus dan rencana perkuliahan semester (RPS). Ia berikrar akan bekerja keras bersama dengan dengan dosen, mahasiswa, alumni dan seluruh staf Fakultas Hukum. Maka pelayanan Fakultas juga perlu didasarkan dengan link and match dengan dunia pendidikan ini. ‘Kita sudah punya lembaga penjaminan mutu, lembaga sertifikasi profesi, dan pengaturan kurikulum, semuanya diarahkan ke link and match.’ Ucap Slamet sambil menyakinkan.
Di masa lalu itu, perguruan tinggi adalah menara gading. Atau bahkan tertinggal dan terasing dari dunia kerja.
Setelah lulus, mahasiswa seperti masuk di hutan belantara. Ia harus bertahan untuk hidup. Ternyata materi dosen dan perguruan tinggi masalahnya belum sesuai dengan dunia industri. Problem itu harus paripurna sudah hari ini.
@amar